9 Saran Bisnis Dari BILL GATES
Bill Gates adalah salah seorang yang sangat berpengaruh dalam dunia informasi teknologi. Ini terbukti dari kesuksesannya membuat Microsoft menjadi salah satu perusahaan terbesar dunia. Bahkan, dia saat ini dinobatkan sebagai orang terkaya sedunia versi Forbes.
Tentunya, kesuksesan Gates tersebut melalui proses yang panjang. Nah, di sini Gates akan membagi resep suksesnya kepada Anda.
Semoga saran Gates di bawah ini akan membuat Anda semakin yakin dalam menjalankan usaha yang sedang Anda rintis.
Berikut sembilan saran bisnis dari Bill Gates.
1. Kawan adalah aset berharga
Dengan menempatkan kawan sebagai aset berharga, maka kita akan menghargai komitmen dan kerjasama dengan siapapun.
2. Kepercayaan adalah modal jangka panjang
Butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun sebuah kepercayaan dan hanya sekian detik saja untuk menghancurkannya. Maka berusahalah membina kepercayaan baik kepada siapapun.
3. Menjual dengan harga lebih tinggi dari pembelian, bukan harga tertinggi
Namun berbisnis dan berusaha adalah bagaimana dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi orang lain sebesar-besarnya, tanpa mengabaikan kelayakan usaha. Nilai kebahagiaan dan keberhasilan usahanya bukan pada berapa besarnya keuntungan materi, tetapi berapa banyak manfaat yang diberikan.
4. Mendengarkan kata hati
Gunakan ketajaman mata hati untuk dapat mengambil keputusan berdasarkan kata hati bukan berdasarkan emosi atau nafsu duniawi.
5. Bekerja dengan hati
Mereka yang bekerja dengan hati akan selalu bersikap baik kepada siapapun.
6. Kekayaan bukan dinilai dari uang yang dimiliki
Menjadi kaya bukan sekedar berhubungan dengan memiliki banyak uang. Namun kekayaan yang utama adalah seberapa besar uang yang kita dapatkan dapat digunakan untuk menolong orang lain, untuk memberikan manfaat bagi orang lain.
7. Berorientasi pada manfaat sebesar-besarnya
Berbisnis bukan sekadar berorientasi pada profit atau keuntungan materi sebesar-besarnya, tetapi memperoleh keuntungan untuk memberikan manfaat bagi orang lain sebanyak-banyaknya.
8. Fokus pada apa yang diperoleh bukan yang hilang
Fokuslah memikirkan pada apa yang Anda peroleh saat ini. Biarkan kesempatan yang hilang berlalu dari Anda, karena akan ada kesempatan baru kalau kita dapat mensyukuri apa yang dimiliki saat ini.
9. Gagal hanyalah sebuah proses
Gagal bukanlah akhir dari segalanya, tetapi bagian dari proses untuk menghasilkan rencana-rencana baru.
Inilah Ciri-Ciri Wirausaha yang Berhasil
Jika anda bertanya tentang bagaimana ciri-ciri wirausaha yang berhasil, jawabannya adalah “tumbuhkan selalu kebiasaan bertindak“. Hanya satu itu saja.
Nah, kebiasaan selalu bertindak itu tidaklah gampang. Maka dari itu, saya tuliskan 8 kunci sukses untuk menumbuhkan kebiasaan bertindak dari David J. Schwartz, pengarang buku best seller “Berpikir dan Berjiwa Besar”.
Tujuannya jelas, supaya memudahkan anda dalam menumbuhkan kebiasaan selalu bertindak. Ok langsung saja, berikut ini 8 pokok-pokok kunci bertindak yang merupakan ciri-ciri wirausaha yang berhasil.
Jadilah “aktivionis”. Jadilah orang yang berbuat. Jadilah pelaksana, bukan sebaliknya.
Jangan menunggu hingga keadaannya sempurna seperti orang yang gagal. Semua itu tidak akan pernah terjadi. Harapkan penghalang dan kesulitan yang akan menghadang dan pecahkan semuanya ketika muncul.
Ingat, gagasan saja tidak akan memberikan keberhasilan. Gagasan atau ide bisnis akan mempunyai nilai hanya jika anda melaksanakannya.
Gunakan tindakan untuk menghilangkan ketakutan dan mendapatkan kepercayaan diri. Kerjakan apa yang anda takutkan dan ketakutan pun menghilang. Coba dan lihat hasilnya.
Mulai mesin mental anda secara mekanis. Jangan menunggu hingga jiwa anda menggerakan anda. Ambil tindakan, galilah, dan anda menggerakkan jiwa anda.
Berpikirlah dalam pengertian sekarang. Hindari kebiasaan menunda. Besok, minggu depan, nanti, dan kata-kata serupa kerap merupakan sinonim dari kata kegagalan tidak pernah. Jadilah jenis orang yang “Saya memulai sekarang juga”.
Segeralah bertindak. Jangan membuang-buang waktu menyiapkan diri untuk bertindak. Mulailah bertindak.
Ambil inisiatif. Jadilah polopor. Ambillah inisiatif dan laksanakan. Jadilah sukarelawan. Perlihatkan bahwa anda mempunyai kemampuan dan ambisi untuk berbuat.
Itulah 8 tips sukses menumbuhkan kebiasaan bertindak, ciri-ciri wirausaha yang berhasil. Dan saya harap setelah anda membaca ciri-ciri wirausaha yang berhasil di atas, segeralah BERTINDAK.
Lakukan apa yang harus anda lakukan dalam memulai membangun bisnis sekarang juga. Jangan kebanyakan analisa. Tapi jangan pula serampangan macam babi hutan yang nggak bisa belok.
Masukkan persneling anda dan majulah, Go..Go..Go…!!!
Jika Anda Takut Memulai Usaha, Baca Ini!
Beberapa waktu yang lalu saya pernah terlibat pembicaraan serius dengan teman satu kuliah saya tentang memulai bisnis. Kebetulan istrinya juga sama-sama satu almamater.
Saat itu posisi teman saya sedang berhenti bekerja dan ingin tahu bagaimana memulai usaha. Karena dulu teman satu kuliah, saya serius untuk mengajaknya berbisnis, memulai usaha kecil.
Setelah mencari beberapa jenis jenis usaha yang prospek, akhirnya saya menelpon teman saya tersebut. Ternyata teman saya tersebut berubah pikiran dan menolak peluang usaha yang saya tawarkan. Penyebabnya adalah dia sudah diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta di Jakarta.
Kemudian saya tanyakan kepada istrinya, “Katanya kemaren ayahnya (baca : suami) ingin memulai bisnis. Apa nggak jadi bu? Kenapa?”, tanya saya basa basi. Istrinya menjawab, “Kayaknya dia nggak bakat bisnis deh. Orangnya nggak ulet. Nggak seperti kamu.”
Karena pembicaraan kami di telepon dan saya malas untuk berdebat, akhirnya saya sudahi. Ada satu hal yang masih mengganjal di hati saya pada waktu itu, yaitu ucapan “kayaknya dia nggak bakat deh”. Memang betul, bisnis itu tidak untuk semua orang. Tapi dia kan belum coba, pikir saya. Wah, belum-belum sudah pesimis duluan.
Inilah ketakutan hampir semua orang jika mereka ingin memulai usaha, ”tidak berbakat”. Sekarang menurut anda, apakah seseorang dilahirkan sebagai seorang entrepreneur atau mereka dididik untuk menjadi seorang entrepreneur?
Kalau anda cermati, menanyakan apakah seseorang dilahirkan sebagai entrepreneur atau dididik untuk menjadi entrerepneur adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Akan sama halnya jika ada yang menanyakan apakah seseorang dilahirkan sebagai karyawan atau dididik untuk menjadi karyawan.
Atau ada yang tiba-tiba bertanya kepada anda, apakah menjadi karyawan adalah bakat? Bagaimana reaksi anda jika ditanya dengan pertanyaan seperti itu? Pasti anda akan merasa aneh kan?
Orang itu bisa dididik. Mereka bisa dididik untuk menjadi seorang karyawan atau seorang entrepreneur. Memang untuk memulai bisnis, bakat itu mempercepat seseorang untuk sukses.
Saya tidak menyangkal hal tersebut. Tapi kesuksesan itu lebih ditentukan oleh kerja keras. Kesuksesan itu 99% kerja keras, 1% bakat. Hal itu berlaku juga dalam memulai usaha. Seandainyapun memang ada yang berbakat untuk bisnis, bukan berarti bisnis dan investasi itu tidak bisa dipelajari.
Bakat bisa membuat seseorang hebat. Tapi kerja keras dan kerja cerdas bisa membuat seseorang menjadi bagus. Penyebab ada lebih banyak karyawan daripada entrepreneur adalah semata-mata karena sekolah kita mendidik generasi muda untuk menjadi karyawan. Mereka tidak dididik untuk memulai usaha.
Itulah sebabnya, begitu banyak orang tua yang berkata kepada anak-anaknya, ”Pergilah bersekolah supaya kamu kelak mendapat pekerjaan bagus”. Betul demikian? Saya yakin ya. Pernahkah anda mendengar ada orang tua berkata kepada anaknya, ”Pergilah bersekolah supaya kamu menjadi seorang entrepreneur”? Jarang sekali, bahkan tidak ada!
Satu lagi ketakutan jika orang mau terjun memulai usaha baru, takut gagal. Takut nanti bisnis baru-nya hancur lebur. Padahal, penyebab kegagalan bisnis itu bisa dipelajari. Ok, akan saya terangkan kepada anda.
Kalau anda tahu besok takdir anda adalah menjadi seorang entrepreneur yang sukses, apa yang akan anda lakukan? Pasti anda akan tidur-tiduran di sofa yang empuk. Tidak cepat-cepat untuk memulai bisnis.
Mengapa? Karena anda tahu bahwa anda pasti akan sukses. Begitu juga sebaliknya, jika anda tahu bahwa besok anda tidak akan menjadi entrepreneur yang sukses, apa yang anda lakukan?
Pasti anda akan tidur-tiduran, karena anda tahu bahwa takdir anda adalah seorang wirausahawan yang gagal. Gagal dalam memulai usaha. Itulah sebenarnya hikmah tidak ada yang tahu bagaimana masa depan kita. Supaya kita terus berusaha, tidak putus asa dan patah semangat.
So, yang penting adalah jalani proses-nya. Berpikirlah positif selalu. Jangan takut gagal. Tidak ada yang instan di dunia ini. Semua ada harganya. Bersabarlah dan fokus. Tidak pernah ada atlet sepakbola yang tiba-tiba sukses. Mereka perlu berlatih berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Sampai saat ini saya juga masih mengalami banyak kegagalan. Tapi saya terus bangkit dan berusaha memperbaiki kesalahan bisnis saya. Semangat bisnis saya terus berkobar.
Setiap kali saya jatuh, terutama disaat awal saya memulai bisnis sendiri, tidak pernah terlintas di benak saya bahwa saya tidak berbakat. Anda juga tidak berpikir saya tidak berbakat menjadi pengusaha suskes khan?
Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja
Proses kepemimpinan secara singkat sering dikatakan sebagai cara untuk mencapai tujuan melalui orang lain. Orang lain disini bisa diartikan sebagai orang-perorang, atau sekelompok orang. Akan tetapi karena orang banyak itu terdiri dari individu dengan kebutuhan yang bervariasi, diperlukan kiat-kiat khusus untuk mengatur supaya kebutuhan, keinginan, dan kepentingan yang bermacam-macam tersebut bisa terakomodasi sehingga timbul dorongan atau motivasi untuk secara mandiri bekerja mencapai tujuan pribadi maupun kelompok.
Dalam proses kepemimpinan, motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam kepemimpinan, karena memimpin adalah memotivasi. Seorang pemimpin harus bekerja bersama-sama dengan orang lain atau bawahannya, untuk itu diperlukan kemampuan memberikan motivasi kepada bawahan. Menurut Wahjosumidjo (1984), kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi, sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat bergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu di dalam menciptakan motivasi di dalam diri setiap orang bawahan, kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri.
Seorang pemimpin memotivasi pengikut melalui gaya kepemimpinan tertentu yang akan menghasilkan pencapaian tujuan kelompok dan tujuan individu. Pengikut yang termotivasi akan berusaha mencapai tujuan secara sukarela dan selanjutnya menghasilkan kepuasan. Kepuasan mengakibatkan kepada perilaku pencapaian tujuan yang diulang kembali untuk mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang.
Teori Sifat Kepemimpinan
Teori sifat mengasumsikan kepemimpinan tidak dilahirkan dan tidak dapat dibuat. Kepemimpinan terdiri dari karakter dan sifat yang diturunkan.
Karakter
dan sifat tersebut yang membedakan seseorang sebagai pemimpin. Gheselli yang dikutip dari Manning dan Curtis (2005) mengidentifikasikan sifat kepemimpinan yang efektif (p. 16):
1. Need for achievement
Seorang pemimpin harus bertanggung jawab dan bekerja keras agar berhasil.
2. Intellegence
Pemimpin harus memiliki pertimbangan, alasan, dan pemikiran yang baik.
3. Decisiveness
Seorang pemimpin harus mampu membuat keputusan tanpa keraguan.
4. Self Confidence
Seorang pemimpin harus memiliki kesan positif sebagai seorang yang
memiliki kemampuan.
5. Initiative
Pemimpin harus menjadi acuan, melakukan pekerjaan dengan pengawasan
yang minimal.
6. Supervisory Ability
Pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas secara baik kepada bawahannya.
Lebih lanjut Manning dan Curtis (p.29) menyatakan bahwa sepuluh kualitas yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk membantunya dalam proses kepemimpinan :
1. Visi
Syarat utama menjadi seorang pemimpin adalah memiliki visi yang baik. Visi menginspirasi yang lain dan menyebabkan seorang pemimpin dapat melakukan tugasnya.
2. Kemampuan
Seorang pemimpin harus memiliki pemahaman yang baik atas pekerjaanya.
Karyawan biasanya menunjukkan kesabaran kepada seorang pemimpin yang baru, tetapi mereka akan kehilangan kepercayaan kepada seorang pemimpin yang gagal dalam melaksanakan tugasnya
3. Antusiasme
Ciri dari seorang pemimpin yang baik yaitu memiliki antusiasme yang kuat.
Antusiasme yang ditunjukkan seorang pemimpin membangkitkan antusiasme bagi pengikutnya.
4. Stabilitas
Seorang pemimpin harus memiliki profesionalisme, dengan membedakan masalah perusahaan dengan masalah pribadi.
5. Memahami Sesama
Seorang pemimpin tidak boleh merendahkan bawahannya atau memperlakukan mereka seperti mesin. Seorang pemimpin harus memahami kesejahteraan bawahannya. Pengertian terhadap orang lain membutuhkan kesabaran dan kemauan untuk mendengarkan permasalahan bawahannya.
6. Percaya Diri
Apabila seorang pemimpin kurang percaya diri, karyawan akan mempertanyakan otoritasnya, bahkan mengabaikan perintah.
7. Ketekunan
Seorang pemimpin memiliki kebulatan tekad dan ketekunan untuk menyelesaikan suatu masalah yang sulit.
8. Vitalitas
Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan dan stamina yang prima dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
9. Karisma
Seorang pemimpin harus memiliki karisma yaitu kemampuan untuk menarik perhatian pegawainya dan membuat mereka mengikutinya.
10. Integritas
Syarat paling penting seorang pemimpin adalah integritas, yaitu: kejujuran, karakter yang kuat, dan keberanian. Tanpa integritas maka tidak ada kepercayaan. Kepercayaan memimpin kepada rasa hormat, loyalitas, dan tindakan.
Cara Sopan Mengakhiri Pembicaraan yang Membosankan
Anda pernah terjebak dalam pembicaraan yang membosankan dan pada akhirnya merasa canggung untuk mengakhirnya? Merasa canggung untuk mengakhiri percakapan ketika sedang berdiskusi atau bertemu dengan relasi kerap terjadi. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat membantu Anda untuk keluar dari situasi tersebut dengan sopan, misalnya beralasan harus mengangkat telepon, pergi ke kamar kecil, dan sebagainya.
Seperti dilansir The Grindstone, beberapa ahli dalam berkarir mengungkapkan cara terbaik yang dapat membantu Anda mengakhiri pembicaraan dengan relasi.
1. Tetap Santai
Seorang ahli komunikasi yang juga pimpinan di Roshini Performance Group, Roshini Rajkumar mengatakan jika Anda tetap santai untuk berpamitan atau mengakhiri pembicaraan, maka semuanya akan berjalan dengan lancar tanpa perlu memberikan alasan mengapa Anda harus pergi dan mengakhiri pembicaraan tersebut.
2. Tunggu Adanya Jeda
Menurut Regina Barr, Pendiri dan CEO RedLadder, jika topik yang dibicarakan antara Anda dengan relasi sudah begitu membosankan, sebaiknya tunggu adanya jeda disela-sela pembicaraan tersebut. Saat jeda tersebut, Anda dapat mempunyai kesempatan untuk mengakhirinya dengan sopan tanpa harus memotong saat relasi Anda sedang berbicara. Misalnya dengan menjulurkan tangan untuk bersalaman sambil tersenyum dan mengatakan 'senang sekali bertemu dengan Anda, sampai ketemu lagi'.
3. Jujur
Seorang perekrut dari AccountSource, John Gouthro, Jr mengatakan Anda bisa saja langsung berkata jujur. Misalnya dengan mengatakan, "Maafkan saya. Saya tahu kita seharusnya bicara lebih banyak. Ini kartu nama saya, sangat menyenangkan bertemu dengan Anda. Saya berharap bisa berbincang-bincang di lain waktu." Kalimat tersebut dapat membantu Anda terlepas dari situasi yang membuat Anda canggung. Hal ini sangat efektif karena selain jujur dan sederhana, relasi Anda pun akan mengerti bahwa pada Anda tengah sibuk dengan pekerjaan.
4. Mengatakan Ingin ke Toilet
Menurut pakar karir, Hector Cisneros, salah satu alasan untuk mengakhiri pembicaraan yang membosankan yaitu dengan mengatakan ingin ke toilet. Misalnya dengan berkata "Maaf, apakah Anda tahu di mana kamar kecil?" dengan begitu Anda dapat keluar dari perangkap pembicaraan yang membosankan tersebut.
5. Katakan Ada Janji Bertemu Orang Lain
Seorang Psikologi Klinis, Nancy Irwin mengatakan cara profesional untuk dapat keluar dari percakapan apapun yaitu dengan menjabat tangan seseorang, melihat matanya dan berkata "Maaf memotong pembicaraan ini, mungkin kita bisa lanjutkan di lain waktu karena saya ada janji bertemu dengan orang".
6. Mengalihkan Perhatian ke Orang Lain
Rachel Dotson dari ZipRecruiter mengatakan untuk mengakhiri pembicaraan Anda bisa mencoba mengalihkan perhatiannya pada orang yang memang dia tuju. Misalnya dengan mencoba memperkenalkan dia pada orang yang memang dibutuhkannya. Sehingga di saat Anda sedang berbicara dengan relasi, kemudian merasa canggung untuk mengakhirinya, Anda dapat mengatakan, "sudah bertemu dengan rekan saya belum? Kalian harus bertemu, dia orang yang tepat. Ayo kita cari dia."
7. Memberikan Pujian
Memberikan pujian saat mengakhiri suatu percakapan juga dapat dilakukan. Sebagai contoh, "Saya suka pandangan Anda mengenai industri ini". Pujian yang baik dapat membuat relasi Anda senang sehingga Anda dapat mengakhiri pembicaraan tanpa ada perasaan tidak enak.
8. Katakan Bahwa Anda Sedang Sibuk
Saat seorang relasi yang Anda tahu tidak tertarik untuk bicara dengannya, mengajak bertemu cobalah saran dari ahli karir Erik Deckers. Katakan pada orang tersebut Anda benar-benar sibuk selama dua pekan ke depan. Kalau memang dia benar-benar butuh bicara dengan Anda, dia pasti akan menghubungi lagi.
9. Berpura-pura Ada Panggilan Telepon
Salah satu strategi yang dapat membantu Anda mengakhiri suatu pembicaraan yaitu dengan berpura-pura menerima panggilan telepon. Secara otomatis, relasi Anda akan menghargainya dan pembicaraan tersebut akan berakhir.
10. Menawarkan Bantuan
Menurut Alan Guinn, seorang Managing Director dan CEO dari Grup Konsultasi Guinn, sebelum memutuskan untuk mengakhiri suatu pembicaraan dengan relasi, sebaiknya Anda menawarkan bantuan. Misalnya dengan mengatakan "Beritahu saja, apa yang bisa saya bantu?". Kalimat tersebut membuat relasi Anda merasa dihargai.
Alasan Kenapa Hari Minggu Dijadikan Hari Libur
Taukah anda semua kenapa Minggu dijadikan sebagai hari libur di Indonesia?
Bahkan di dunia internasional pun hari minggu dijadikan hari libur,,
Namun ada beberapa negara yang menjadikan hari liburnya yaitu Jum'at, termasuk Arab Saudi dll.
Kenapa sih sebenarnya kok libur mesti hari minggu?
Sebenarnya bukan hanya Minggu yang dijadikan hari libur. Bangsa Arab menjadikan Jum’at sebagai hari libur, karena mereka menganggap Jum’at adalah hari untuk ibadah. Alasan sama pula yang digunakan bangsa Yahudi dalam menganggap Sabtu sebagai hari libur. Namun, Minggu memang menjadi hari libur yang sifatnya lebih universal, karena diterapkan di hampir seluruh dunia.
Tradisi libur pada hari Minggu dimulai sejak zaman Romawi Kuno. Pada waktu itu, bangsa Romawi Kuno beribadah pada hari Minggu, karenanya mereka pun menjadikan hari tersebut sebagai hari libur. Seiring dengan itu, orang-orang Romawi Kuno juga selalu menandai hari-hari libur atau hari-hari penting dengan warna merah.
Pada masa kejayaannya, bangsa Romawi menguasai banyak negara di Eropa, dan kekuasaannya meliputi Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, dan lain-lain. Karena itu pula, tradisi libur pada hari Minggu pun kemudian diterapkan pada negara-negara jajahan Romawi, termasuk Belanda. Ketika Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun, tradisi libur di hari Minggu pun diperkenalkan di Indonesia. Hal yang sama terjadi ketika negara-negara lain dijajah Inggris, Jerman, atau lainnya.
Hingga hari ini, libur di hari Minggu masih diterapkan di Indonesia, juga di negara-negara lain, dengan alasan sebagai waktu istirahat setelah orang bekerja selama enam hari. Pemerintah Indonesia juga menetapkan hari Minggu sebagai hari libur nasional, dan kalender Indonesia pun mewarnai hari libur dan hari-hari penting dengan warna merah—persis seperti bangsa Romawi Kuno.
Menyikapi Kritik, Komentar dan Respon Negatif
Banyak orang, meski berkata "saya siap menerima kritik yang membangun", tetap saja lebih suka diberi pujian. Kritik, komentar maupun respon negatif atas apa yang kita lakukan, atau atas apa yang kita sampaikan, tetap saja menimbulkan rasa nggak enak dibandingkan dengan ucapan dukungan maupun pujian.
Padahal, kesuksesan kadangkala diraih setelah melalui berbagai kritik dan komentar (meski sebagian besar bersifat negatif). Kritik dan komentar yang masuk, jika dihadapi dengan kepala yang dingin semestinya bisa menjadi media bagi kita untuk berbenah diri dan memperbaiki kekurangan.
Lantas, bagaimana kiat untuk tetap keep smile jika kita menghadapi kritikan dan respon negatif ?. Berikut ada beberapa tips yang biasanya saya praktekkan. Meski tidak 100% membuat saya menjadi orang yang cool, calm & confident, paling tidak, ada rasa nyaman dalam menghadapi kritik.
1. JANGAN ANGGAP SEBAGAI SERANGAN PRIBADI
Jika kritik dan respon negatif ditanggapi sebagai serangan pada kepribadian kita, kita akan cenderung menanggapinya secara emosional. Selalu tanamkan bahwa kritik maupun respon itu merupakan 'berkah' perhatian atas apa yang kita lakukan. Jika musibah kadang bisa dianggap sebagai "sapaan tuhan terhadap makhluknya", anggaplah kritik dan saran sebagai perhatian dari seseorang buat kita.
Pengalaman saya, jika kita menanggapi kritik secara ringan dan jika perlu dibuat candaan, kritik tersebut tidak perlu ditakuti.
Contoh berikut terlalu ekstrim, tapi anggaplah anda pernah mengalaminya (amit-amit )
"Mas, kerja pakai baju yang kemarin ya ? Kok sering pakai baju itu-itu saja". Bagaimana respon anda ?
Hehehe, bilang saja, "Makasih sudah diperhatikan...". Simple kan. Nggak perlu kita nantang si pengkritik buat perang Bubat. Toh, orang bisa menilai mana yang perlu didukung dan mana yang perlu dibenci . Nggak usah takut dan malu pada pandangan orang, "Kasihan banget ya dia. Terhina banget...".
Jangan lupa, orang-pun bisa menganalogikan suatu peristiwa dengan diri mereka. Bagaimana jika mereka ada di posisi kita.
2. MENGALAH, UNTUK MENANG
Di kantor lama, saya paling sering berdebat dengan Factory Manager. Factory Manager adalah jabatan kedua setelah Managing Director, jadi cukup lumayan posisi beliau. Apapun (mungkin nggak semua, tapi saya merasa 99.99%) usulan yang saya ajukan, apapun pendapat saya, hampir selalu dia kritik. Meski saya yakin 110% (Istilah Pak Budi, untuk mencerminkan keyakinan saya ) bahwa tidak akan ada masalah dengan usulan saya, hampir selalu dia mengkritiknya.
Akhirnya saya ambil pendekatan berbeda. Alih-alih saya merespon secara negatif setiap komentar dia, saya akan selalu meminta pendapatnya untuk menjawab kritiknya.
Jadi, jika dia berkata, "Pak, sistem yang kamu buat mungkin bisa dijalankan, tapi akan timbul masalah ini, itu, anu dan lain-lain. Akan sangat rentan buat perusahaan jika hal itu terjadi",
Saya akan jawab, "Sistem yang saya buat memang berdasarkan analisa saya, yang saya susun dari data di lapangan. Mungkin bapak ada saran untuk melengkapi data ini agar sistem yang dibuat dapat mengantisipasi masalah seperti yang bapak sampaikan".
Jadi, alih-alih saya diberikan bola api, saya mengembalikan bola api itu kepada pemiliknya .
Cara ini ternyata mujarab, karena beliau merasa dihargai (saya mengucapkan respon demikian dengan ketulusan, bukan kepalsuan lho, bukan sekedar menyenangkan atau sekedar "makan tuh serangan baliknya", ). Efek positifnya, dia juga mau menghargai pendapat saya dan kami bisa menjadi team yang kompak, meski tidak selalu sependapat dalam berbagai hal.
3. KOMITMEN PADA TUJUAN AKHIR
Banyak rencana bagus dan hasil yang baik tidak bisa dicapai gara-gara perdebatan dan kritik yang negatif menutupi kesamaan tujuan. Sering orang berdebat soal cara, berpegang pada ego mengenai cara mana yang akan ditempuh. Menganggap bahwa jika cara lain ditempuh-bukan cara kita-, apapun hasil akhirnya kita akan menutup mata. Padahal, jika hasil dan tujuan akhir tercapai, cara dan metode hanyalah jalan untuk memperolehnya.
Jika anda mengusulkan suatu rencana kerja dalam meningkatkan kinerja pegawai dan rekan anda mengusulkan hal lain dengan tujuan yang sama, hindari perdebatan mengenai cara mana yang akan ditempuh. Jika bisa digabungkan, hasil yang ingin dicapai memiliki kemungkinan keberhasilan yang lebih besar. Jangan seperti peribahasa TIJI TIBEH, MATI SIJI MATI KABEH. Atau seperti orang yang ditolak cinta, "Kalau tidak dengan saya, tidak juga dengan orang lain". "Saya sengsara, orang lainpun mestinya ikut sengsara". "Saya sial, orang lainpun sebaiknya ikut sial".
Prinsip menang-menangan akan semakin memperkerdil jiwa kita. Percayalah, jika anda bahagia mendengar dan melihat orang lain sukses, hal yang sama akan terjadi pada anda. Sukses bersama-sama lebih baik 1000% dibandingkan sengsara bersama-sama.
Sukses Berasal Dari Keyakinan
Suatu hari, ada beberapa anak berkulit putih sedang bermain di taman.
Saat itu, ada seorang orang tua penjual balon gas mendorong gerobaknya memasuki taman.
Segerombolan anak berkulit putih berlarian mendekati gerobak. Setiap anak membeli satu balon,
Dengan gembira mereka mengejar balon yang telah mengangkasa.
Ketika anak berkulit putih menghilang, ada seorang anak berkulit hitam,
Dengan malu-malu, ia berjalan mendekati gerobak balon orang tua tersebut,
Dengan nada memohon dia bertanya: "Maukah kakek menjual satu balon kepadaku?"
"Tentu boleh," jawab orang tua itu dengan ramah seraya menatapnya.
Dengan sopan ia bertanya, "Warna apa yang kamu mau?"
Dengan penuh keberanian dia menjawab, "Saya mau yang berwarna hitam."
Kakek tua yang penuh guratan kehidupan di wajahnya terkejut dan menatap anak berkulit hitam itu.
Dan kemudian memberikannya balon hitam.
Anak itu dengan senang menerima balon tersebut, tangan kecil merenggang (melepaskan balon),
Balon dalam angin yang sepoi-sepoi itu pelan-pelan mengangkasa.
Kakek tua yang di samping melihat balon yang mengangkasa,
Dengan pelan menepuk kepala anak tersebut, dan berkata :
" Ingat. Balon bisa mengangkasa bukan karena warnanya, melainkan karena balon dipenuhi dengan gas hidrogen / nitrogen.
Keberhasilan seseorang bukan karena ras, kelahirannya.
Kuncinya adalah apakah dalam hatimu mempunyai keyakinan!"
Dan anak kecil tersebut,
Adalah Psikolog Amerika yang ternama: James McKeen Cattell
(Dari cerita di atas, kita bisa mendapatkan pesan yang bermakna yakni "kesuksesan kita dapat bukan karena hal-hal fisik, tanggal lahir, dll. Tapi kunci dari kesuksesan adalah kita mempunyai keyakinan. Dengan keyakinan ini, kita tidak mudah putus asa atau patah semangat, walaupun berbagai rintangan datang menghadang.)